Kamis, 02 September 2010

Prof.Dr.Khoirul Anwar, pemilik 2 paten dunia

Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang.

Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi. Dunia mengaguminya.
Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.

Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia memujinya.
Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.

Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.

Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.

Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.”

Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang

INSPIRASI besar memang bisa datang dari mana saja, termasuk dari film animasi untuk anak-anak. Anda mungkin tak pernah mengira, sebuah film anime Jepang ternyata bisa mengilhami penemuan penting yang merevolusi anggapan tak terpatahkan di jagat transmisi telekomunikasi nirkabel.

Tapi cerita itulah yang terjadi pada diri Khoirul Anwar, dosen sekaligus peneliti asal Indonesia yang bekerja di laboratoriom Information Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang.

Saat terdesak karena harus mengajukan tema penelitian untuk mendapatkan dana riset, Khoirul memeras otaknya. Akhirnya ide itu muncul juga dari Dragon Ball Z, film animasi Jepang yang kerap ia tonton.

Ketika Goku, tokoh utama Dragon Ball Z, hendak melayangkan jurus terdahsyatnya, ‘Genki Dama’ alias Spirit Ball, Goku akan menyerap semua energi mahluk hidup di alam, sehingga menghasilkan tenaga yang luar biasa.

“Konsep itu saya turunkan formula matematikanya untuk diterapkan pada penelitian saya,” kata Khoirul, kepada VIVAnews melalui surat elektroniknya, Jumat 13 Agustus 2010.

Maka inspirasi itu kini mewujud menjadi sebuah paper bertajuk “A Simple Turbo Equalization for Single Carrier Block Transmission without Guard Interval.”

Khoirul memisalkan jurus Spirit Ball Goku sebagai Turbo Equalizer (dekoder turbo) yang mampu mengumpulkan seluruh energi dari blok transmisi yang ter-delay, maupun blok transmisi terdahulu, untuk melenyapkan distorsi data akibat interferensi gelombang.

Asisten Profesor berusia 31 tahun itu dapat mematahkan anggapan yang awalnya ‘tak mungkin’ di dunia telekomunikasi. Kini sebuah sinyal yang dikirimkan secara nirkabel, tak perlu lagi diperisai oleh guard interval (GI) untuk menjaganya kebal terhadap delay, pantulan, dan interferensi. Turbo equalizer-lah yang akan membatalkan interferensi sehingga receiver bisa menerima sinyal tanpa distorsi.

Dengan mengenyahkan GI, dan memanfaatkan dekoder turbo, secara teoritis malah bisa menghilangkan rugi daya transmisi karena tak perlu mengirimkan daya untuk GI. Hilangnya GI juga bisa diisi oleh parity bits yang bisa digunakan untuk memperbaiki kesalahan akibat distorsi (error correction coding).

“GI sebenarnya adalah sesuatu yang ‘tidak berguna’ di receiver selain hanya untuk menjadi pembatas. Jadi mengirimkan power untuk sesuatu yang ‘tidak berguna’ adalah sia-sia,” kata Khoirul.

Gagasan ini sendiri, dikerjakan Khoirul bersama Tadashi Matsumoto, profesor utama di laboratorium tempat Khoirul bekerja. Saat itu ia dan Tadashi hendak mengajukan proyek ke Kinki Mobile Wireless Center.

Setelah menurunkan formula matematikanya secara konkrit, Khoirul meminta rekannya Hui Zhou, untuk membuat programnya.

Metode ini bisa dibilang mampu memecahkan problem transmisi nirkabel. Apalagi ia bisa diterapkan pada hampir semua sistem telekomunikasi, termasuk GSM (2G), CDMA (3G), dan cocok untuk diterapkan pada sistem 4G yang membutuhkan kinerja tinggi dengan tingkat kompleksitas rendah.

Ia juga bisa diterapkan Indonesia, terlebih di kota besar yang punya banyak gedung pencakar langit, maupun di daerah pegunungan. Sebab di daerah tadi biasanya gelombang yang ditransmisikan mengalami pantulan dan delay lebih panjang.

Tak heran bila temuan ini membesut penghargaan Best Paper untuk kategori Young Scientist pada Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC) 2010-Spring yang digelar 16-19 Mei 2010, di Taiwan.

Kini hasil temuan yang telah dipatenkan itu digunakan oleh sebuah perusahaan elektronik besar asal Jepang. Bahkan teknologi ini juga tengah dijajaki oleh raksasa telekomunikasi China, Huawei Technology.

***

Ini bukan sukses pertama bagi Khoirul. Pada 2006, pria asal Kediri, Jawa Timur itu juga telah menemukan cara mengurangi daya transmisi pada sistem multicarrier seperti Orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) dan Multi-carrier code division multiple access (MC-CDMA).

Caranya yaitu dengan memperkenalkan spreading code menggunakan Fast Fourier Transform sehingga kompleksitasnya menjadi sangat rendah. Dengan metode ini ia bisa mengurangi fluktuasi daya. Maka peralatan telekomunikasi yang digunakan tidak perlu menyediakan cadangan untuk daya yang tinggi.

Belakangan, temuan ini ia patenkan. Teknik ini telah dipakai oleh perusahaan satelit Jepang. Dan yang juga membuatnya membuatnya kaget, sistem 4G ternyata sangat mirip dengan temuan yang ia patenkan itu.

Namun, putra dari pasangan (almarhum) Sudjianto dengan Siti Patmi itu, tak pernah lupa dengan asalnya. Hasil royalti paten pertamanya itu ia berikan untuk ibunya yang kini hidup bertani di Kediri. “Ini adalah sebagai bentuk penghargaan saya kepada orang tua, terutama Ibu,” katanya.

Ayah Khoirul meninggal karena sakit, saat ia baru lulus SD pada 1990. Ibunyalah kemudian berusaha keras menyekolahkannya, walaupun kedua orang tuanya tidak ada yang lulus SD.

Sejak kecil, Khoirul hidup dalam kemiskinan. Tapi ada saja jalan baginya untuk terus menuntut ilmu. Misalkan, ketika melanjutkan SMA di Kediri, tiba-tiba ada orang yang menawarkan kos gratis untuknya.

Saat ia meneruskan kuliah di ITB Bandung, selama 4 tahun ia selalu mendapatkan beasiswa. “Orang tua saya tidak perlu mengirimkan uang lagi,” kata Khoirul mengenang masa lalunya. Otaknya yang moncer terus membawa Khoirul ke pendidikan yang tinggi.

Ia mendapatkan beasiswa S2 dari Panasonic, dan selanjutnya beasiswa S3 dari perusahaan Jepang. “Alhamdulillah, meski saya bukan dari keluarga kaya, tetap bisa sekolah sampai S3. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pemberi beasiswa.” katanya.

***

Sukses di negeri orang tak membuatnya lupa dengan tanah kelahiran. “Suatu saat saya juga akan tetap pulang ke Indonesia. Setelah meraih ilmu yang banyak di luar negeri,” kata Khoirul.

Di luar kehidupannya sebagai seorang periset, Khoirul juga mengajar dan membimbing mahasiswa master dan doktor. Kedalaman pengetahuan agama pria yang sempat menjadi takmir masjid di SMA-nya itu, juga membawanya sering didaulat memberi ceramah agama di Jepang, bahkan menjadi Khatib shalat Iedul Fitri.

Tak hanya itu, Khoirul juga kerap diundang memberikan kuliah kebudayaan Indonesia. “Keberadaaan kita di luar negeri tak berarti kita tidak cinta Indonesia, tapi justru kita sebagai duta Indonesia,” kata dia.

Selama mengajar kebudayaan Indonesia, ia banyak mendengar berbagai komentar tentang tanah airnya. Ada yang memuji Indonesia, tentu, ada pula yang menghujat. Untuk yang terakhir itu, ia biasanya menjawab dalam bahasa Jepang: Indonesia ha mada ganbatteimasu (Indonesia sedang berusaha dan berjuang).

***

Kini, Khoirul tinggal di Nomi, Ishikawa, tak jauh dari tempat kerjanya, bersama istrinya, Sri Yayu Indriyani, dan tiga putra tercintanya. “Semua anak saya memenuhi formula deret aritmatika dengan beda 1.5 tahun,” Khoirul menjelaskan.

Yang paling besar lahir di Kawasaki, Yokohama, berusia 7 tahun. Yang kedua lahir di Nara berusia 5,5 tahun, dan ketiga juga lahir di Nara, kini berusia 4 tahun. Ia tak sependapat dengan beberapa rekan Jepangnya, yang mengatakan kehadiran keluarga justru akan mengganggu risetnya.

Baginya keluarga banyak memberikan inspirasi dalam menemukan ide-ide baru. “Belakangan ini saya berhasil menemukan teknik baru dan sangat efisien untuk wireless network saat bermain dengan anak-anak,” katanya.

Malahan, Khoirul sering mengajak anak-anaknya melakukan riset kecil-kecilan di rumahnya. Bersama anak-anaknya pula, Khoirul sering menyempatkan waktu menonton bersama, terutama film animasi kegemarannya: Dragon Ball Z, Kungfu Panda, Gibli, atau Detektif Conan.

“Film animasi mengajarkan anak kita nilai yang harus kita pahami dalam kehidupan,” kata Khoirul. Film animasi Gibli, misalnya, banyak bercerita bagaimana seharusnya manusia bisa bersahabat dengan alam, tidak merusaknya, serta mencintai mahluk hidup.

Bahkan ide dan semangat baru terkadang muncul dari menonton film. Misalnya nilai kehidupan yang dia petik dari film Kungfu Panda: ‘There is no secret ingredient, just believe’. “Nilai ini saya artikan bahwa tidak ada rahasia sukses, percayalah bahwa apapun yang kita kerjakan bisa membuat kita sukses.” kata Khoirul.(VIVAnews.com)

sumber :

http://suciptoardi.wordpress.com/2010/02/19/prof-dr-khoirul-anwar-terinspirasi-kisah-firaun/

http://pendhowo.com/dr-khoirul-anwar-peneliti-sukses-di-negeri-jepang/

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

He is now the top scientists in Japan.

Wong Ndeso origin Jabon Hamlet, Village Juwet, District Kunjang, Kediri regency, East Java, it holds two important patents in the field of telecommunications. Admiring the world.
Scientists submissive world when the first patent Khoirul, along with his colleague, remodel grip about the efficiency of communication devices such as cell phones.

Prof. Dr. Khoirul Anwar is the owner of the patent-based telecommunications system 4G OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) is an Indonesian citizen who now works at the Nara Institute of Science and Technology, Jepang.Dunia compliment.
Khoirul was also awarded the Scientific Contributions of Foreign Affairs of the Consulate General in Osaka in 2007.

In the second patent, again Khoirul offer something unusual. To achieve higher speeds, he completely removes guard interval (GI). "That's impossible," so said the researcher friends. Without interval or distance, the frequency will collide frivolous. Just like in class when everyone was talking loudly together.

Two special studies were probably not born when the first small Khoirul not obsessed with the dead bird, balsamic nose piercing, and the mummy of Pharaoh. The little boy was so inspired by the story of Pharaoh, who himself remained intact until now. He also wanted to imitate doing technology "balm" to his favorite bird was dead. "I use rubbing balm in the house," said the second child of the couple Sudjianto (deceased) by Siti Patmi it.

Khoirul hope, with the experiments, the body of the bird could be preserved and hardened. With enthusiasm, he was smeared all over the bird's body with rubbing balm. Unfortunately, day after day of walking, this farmer's son said, "Technology balm was never successful."
The research was apparently a total failure meletikkan researching extraordinary passion on Khoirul. That's what drove alumnus Electrical Engineering Department of Bandung Institute of Technology is now an assistant professor at JAIST, Japan

INSPIRATION big can indeed come from anywhere, including from the animated films for children. You probably never thought, a Japanese anime film turned out to be an important discovery that revolutionizes inspire belief in the universe an unbroken transmission of wireless telecommunications.

But the story is what happened to Khoirul Anwar, lecturer and researcher from Indonesia who work in laboratoriom Information Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, in Japan.

When pressed for research themes should be submitted to obtain research funding, Khoirul racked his brains. Finally the idea came also from Dragon Ball Z, Japanese animated film which she often watched.

When Goku, the main character of Dragon Ball Z, was about to deliver a stance terdahsyatnya, 'Genki Dama' aka Spirit Ball, Goku will absorb all living creatures in nature, resulting in tremendous energy.

"The concept that I lower the mathematical formula to apply to my research," said Khoirul, to VIVAnews via electronic mail, Friday, August 13, 2010.

And inspiration is now morphing into a paper titled "A Simple Turbo equalization for Single Carrier Block Transmission Without Guard Interval."

Letting Khoirul stance Spirit Ball Goku as Equalizer Turbo (turbo decoder) capable of collecting all the energy from the transmission block including delay, or block of previous transmission, to eliminate distortions of data caused by wave interference.

Assistant Professor 31-year-old can break the assumption that initially 'not possible' in the world of telecommunications. Now that a signal is transmitted wirelessly, it's no longer necessary diperisai by the guard interval (GI) to keep it immune to the delay, reflection, and interference. Turbo equalizer was going to cancel the interference so that the receiver can receive the signal without distortion.

With GI rid of, and take advantage of the turbo decoder, even theoretically could eliminate the transmission power loss due to no need to send power to the GI. Loss of GI can also be filled by the parity bits that can be used to correct errors due to distortion (error correction coding).

"GI really is something that is 'not useful' on the receiver other than just to be limiting. So send power to something 'useless' is in vain, "said Khoirul.

This idea alone, worked together Khoirul Tadashi Matsumoto, a professor in the laboratory where Khoirul main work. At that time he and Tadashi want to submit the project to the Kinki Mobile Wireless Center.

After dropping in a concrete mathematical formula, Hui Zhou Khoirul asked his colleagues, to make its program.

This method can be practically able to solve the problem of wireless transmission. Moreover, he could apply to almost all telecommunications systems, including GSM (2G), CDMA (3G), and is suitable for application in 4G systems requiring high performance with low complexity level.

He also can be applied to Indonesia, especially in big cities that have lots of skyscrapers, as well as in mountainous terrain. Because this area is usually transmitted wave reflections and experience a longer delay.

Not surprisingly, these findings refine the Best Paper for Young Scientist category at the Institute of Electrical and Electronics Engineers vehicular Technology Conference (IEEE VTC)-Spring 2010 held 16 to 19 May 2010, in Taiwan.

Now the findings that have been patented that are used by a major Japanese electronics company. Even the technology is also being explored by China's telecom giant, Huawei Technology.

***

This is not the first success for Khoirul. In 2006, he origin of Kediri, East Java, it also has found ways to reduce transmission power on multicarrier systems such as orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM) and Multi-carrier code division multiple access (MC-CDMA).

The trick is to introduce the spreading code using Fast Fourier Transform so that its complexity is very low. With this method it could reduce the power fluctuations. And the telecommunications equipment used do not need to provide a backup for high power.

Later, these findings he patented. This technique has been used by the Japanese satellite company. And that also made her surprise, 4G systems are very similar to the findings that he patented it.

However, the son of the couple (late) Sudjianto with Siti Patmi it, never forget the origin. The results of its first patent royalties that he gave to his mother who now lives farming in Kediri. "This is a form of my appreciation to the parents, especially mothers," he said.

Khoirul father died of illness, when he had just graduated from elementary school in 1990. Her mother, then tried hard to send him, even though both parents do not have to graduate from elementary school.

Since childhood, Khoirul live in poverty. But there is only way for him to continue his education. For example, while continuing high school in Kediri, suddenly there are people who offer free boarding for him.

When he continued to lecture at ITB, during the four years she always get a scholarship. "My parents did not need to send any more money," said Khoirul remembering his past. Moncer brain Khoirul to continue to bring high education.

He received a scholarship from Panasonic S2, S3 and further scholarship from the Japanese company. "Thank God, although I am not from a wealthy family, stay in school until S3. My sincere thanks to all scholarship. "He said.

***

Success in the country do not make people forget the land of birth. "Someday I will also continue to return to Indonesia. After winning a lot of science abroad, "said Khoirul.

Outside of her life as a researcher, Khoirul also teach and guide students' master's and doctoral degrees. The depth of knowledge of religious men who had become takmir mosque in his high school, it also took him frequently was asked to give religious lectures in Japan, even becoming Khatib Iedul Fitr prayer.

Not only that, Khoirul also often invited to give lectures Indonesian culture. "Our existence abroad does not mean we do not love Indonesia, but that we as ambassadors of Indonesia," he said.

During the teaching of Indonesian culture, he heard many comments about his homeland. There are praised Indonesia, of course, there is also a blasphemy. For the latter, he usually replied in Japanese: ha mada ganbatteimasu Indonesia (Indonesia is trying and struggling).

***

Now, Khoirul live in Nomi, Ishikawa, not far from his workplace, together with his wife, Sri aunty Indriyani, and three beloved sons. "All the kids I meet the formula for arithmetic series with difference 1.5 years," explains Khoirul.

The biggest was born in Kawasaki, Yokohama, aged 7 years. The second was born in Nara, aged 5.5 years, and the third was also born in Nara, now aged four years. He did not agree with some Japanese colleagues, who said the family's presence would likely interfere with his research.

For her family a great deal of inspiration in finding new ideas. "Lately I managed to find a new and very efficient technique for wireless network while playing with the kids," he said.

In fact, Khoirul would often take his children to do small-scale research in his home. With her children also, Khoirul often spend time together watching, especially animation fetish movie: Dragon Ball Z, Kungfu Panda, Gibli, or Detective Conan.

"Animated films to teach our children that we must understand the value in life," said Khoirul. Gibli animated film, for example, tells how much should a man can be friends with nature, not hurt them, and loving creatures.

Even new ideas and spirit sometimes appears from watching the movie. For example the value of life that he learned from the movie Kung Fu Panda: 'There is no secret ingredient, just believe'. "The value of this I mean that there are no secrets of success, believe that whatever we do can make us successful." Khoirul said. (VIVAnews.com)

source:

http://suciptoardi.wordpress.com/2010/02/19/prof-dr-khoirul-anwar-terinspirasi-kisah-firaun/

http://pendhowo.com/dr-khoirul-anwar-peneliti-sukses-di-negeri-jepang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar