Kamis, 21 April 2011

Prof. Achmad Baiquni, M.Sc., Ph.D.


(Alm.) Prof. Achmad Baiquni adalah Fisikawan Atom pertama di Indonesia. Dan termasuk dalam jajaran ilmuwan fisika atom internasional yang dihormati.

Biografi

Prof. Dr. Achmad Baiquni MSc, Ph.D (lahir di Surakarta, 31 Agustus 1923 – meninggal 21 Desember 1998 pada umur 75 tahun[1][2] dan dimakamkan di Tonjong, Bogor) adalah Fisikawan Atom pertama di Indonesia. Dan termasuk dalam jajaran ilmuwan fisika atom internasional yang dihormati.

Sejak kecil, ia sudah memperoleh pendidikan agama. Pada usia kanak-kanak, ahli fisika atom ini sudah mampu membaca juz ke-30 (juz terakhir Al Quran yang memuat sejumlah surah pendek), "sebelum saya bisa nembaca huruf Latin," katanya. Dan seperti kebiasaan anak-anak santri, ia pun masuk madrasah: belajar agama pada sore hari, setelah paginya bersekolah sekolah dasar. Malahan, ia melanjutkan menuntut ilmu agama di madrasah tinggi Mamba'ul Ulum, madrasah yang didirikan Paku Buwono X. Di situ Baiquni sekelas dengan Munawir Sjadzali, mantan Menteri Agama. Lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI di Bandung, 1952. Kemudian mengajar di UGM Yogyakarta. Menikah dengan Sri Hartati, pasangan ini dikaruniai 6 orang anak, 5 putra dan 1 putri.

Penelitian

Pada tahun 1950, ilmu fisika atom masih menjadi monopoli Amerika Serikat yang lima tahun sebelumnya menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Baru pada tahun 1954, Presiden Eisenhower mengizinkan fisika atom diajarkan secara terbuka di perguruan tinggi. Baiquni tahun ltu memang sedang memperdalam ilmu fisikanya di Amerika Serikat. Terbukanya bidang "baru" itu tak dilewatkan begitu saja. Mula-mula, ia belajar di Laboratorium Nasional di Argonne, tujuh bulan. Kemudian, ia melanjutkan di Universitas Chicago, mengambil jurusan fisika nuklir. Di universitas inilah, pada 1964, ia meraih Ph.D.-nya. Sekembalinya ke tanah air Achmad Baiquni kembali mengajar di UGM Yogyakarta.

Pada tahun 1973, Achmad Baiquni ditunjuk menjadi Dirjen BATAN Jakarta hingga tahun 1984. Selain itu Prof. Baiquni juga pernah menjadi Dubes Indonesia untuk Swedia (1985-1988), Rektor UNAS, dan dosen IAIN-Syarif Hidayatullah. Prof. Baiquni meninggal pada 21 Desember 1998 pada usia 75 tahun.


Beliau juga menulis beberapa buku, tapi yang saya tahu hanya ini ALQUR’AN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI. Inti dari buku ini adalah pendapat penulis sebagai seorang Muslim sekaligus seorang Ilmuwan Indonesia, bahwa Al Qur’an tidak akan berubah sejak diturunkan hingga akhir zaman, sedangkan sains dapat berubah temuannya dari masa kemasa karena bertambahnya informasi/data yang diperoleh sebagai akibat makin canggihnya peralatan/teknologi dan berkembangnya fisika dan matematika. Dan pendapat bahwa mempercayai kebenaran Al Qur’an adalah sikap yang tidak bisa ditawar. Apabila sains tampak menemukan suatu yang tidak serasi dengan Al Qur’an, ada dua kemungkinan penyebabnya: sains belum lengkap datanya dan belum terungkap semua gejala yang berkaitan sehingga kesimpulannya meleset, atau pemahaman terhadap ayat yang bersangkutan kurang benar.

RESENSI BUKU ILMIAH







AL QUR’AN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI.


Resensi Buku "AL QUR’AN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI" karya Prof Achmad Baiquni M.Sc., Ph.D

Al Qur’an merupakan sumber segala ilmu; suatu ungkapan yang tidak hanya terdengar di lingkungan umat Islam saja, tetapi kadang-kadang terucapkan juga oleh beberapa cendekiawan Barat dalam menghadapi situasi tertentu. Ungkapan yang salah bila diartikan “mempelajari dan mengembangkan sains melalui penelitian” sebagai usaha yang tidak perlu dilakukan dan sia-sia kalau semuanya bisa dengan hanya membaca dan mengartikan Al Qur’an saja.
Menurut pengertian Achmad Baiquni, pengembangan sains itu justru diperintahkan oleh Allah SWT agar kita dapat memahami ayat-ayat Al Qur’an lebih sempurna, sehingga tampak kebesaran dan kekuasaan-Nya secara lebih nyata, dan supaya kita dapat menguasai pengetahuan tentang sifat dan kelakuan alam sekitar kita, dapat mengolah alam yang kita huni ini seperti layaknya seorang khalifah yang bijaksana dan bertanggung jawab.

Dengan bukunya yang bertajuk "Al Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi", Achmad Baiquni memaparkan bagaimana penciptaan alam semesta berikut tahapan-tahapannya yang dinyatakan di dalam Al Qur’an dan bagaimanakah pandangan sains klasik dan modern terhadap proses kejadian alam itu. Selain itu dalam buku tersebut juga dikupas beberapa hal tentang bagaimana pandangan ilmu pengetahuan tentang isyarat Al’qur’an berkenaan dengan adanya makhluk hidup di luar bumi, bagaimana dapat dipahami pengertian Al Qur’an tentang tujuh lapis langit, bagaimana para ilmuwan memikirkan skenario tentang terjadinya kiamat, bagaimana proses perkembangan penafsiran ayat-ayat kauniyah seperti yang menyatakan gunung-gunung berjalan, serta bagaimana pengertian tentang “Kun Fayakun”.
Terbagi dalam tiga bagian utama, dimana bagian pertamanya dibahas mengenai perspektif Al Qur’an tentang sains dan teknologi, di sini dijelaskan konsep alam semesta menurut pandangan klasik dan modern, serta anjuran-anjuran pengembangan sains dalam Al Qur’an. Konsep-konsep Kosmologi dalam Al Qur’an juga dikupas cukup gamblang, yang disertai juga dengan pemaparan konsep kosmologi menurut sains.
Pada bagian kedua dijelaskan tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruhnya terhadap pemahaman Al Qur’an. Makna kata evolusi dijelaskan disini, dimana seleksi alamiah yang dimaksud oleh Darwin sebenarnya merupakan seleksi Ilahiyah, karena Allah-lah yang memilih siapa akan punah dan siapa yang akan terus berkembang. Sedangkan pada bagian terakhir dibahas tentang kebangkitan dunia baru Islam abad ke-21, bagian ini menjelaskan makna ilmu pengetahuan di tengah umat Islam, gejala-gejala yang timbul di era teknologi, perbandingan posisi umat Islam dengan bangsa bangsa lain, serta pentingnya penguasaan teknologi.

Inti dari buku karya Achmad Baiquni, adalah pendapat penulis sebagai seorang Muslim sekaligus seorang Ilmuwan Indonesia, bahwa Al Qur’an tidak akan berubah sejak diturunkan hingga akhir zaman, sedangkan sains dapat berubah temuannya dari masa kemasa karena bertambahnya informasi/data yang diperoleh sebagai akibat makin canggihnya peralatan/teknologi dan berkembangnya fisika dan matematika. Dan pendapat bahwa mempercayai kebenaran Al Qur’an adalah sikap yang tidak bisa ditawar. Apabila sains tampak menemukan suatu yang tidak serasi dengan Al Qur’an, ada dua kemungkinan penyebabnya: sains belum lengkap datanya dan belum terungkap semua gejala yang berkaitan sehingga kesimpulannya meleset, atau pemahaman terhadap ayat yang bersangkutan kurang benar.
Alhasil, terlepas dari latar belakang yang demikian mendalam penghayatan akan agama Islam bagi sesosok Prof. Baiquni, maka sumbangsih pemikiran yang paripurna sebagai salah satu ilmuwan senior Indonesia : ahli bidang Fisika Atom dan pernah lama menjabat selaku Dirjen BATAN : Badan Tenaga Atom Nasional ---dalam buku setebal 168 hal, cetakan ke: 5, tahun 2001 oleh Penerbit PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta--- menjadikan bukunya amat pantas dibaca oleh segenap kalangan pembaca yang berminat akan kajian IPTEK: Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar